lundi 14 mars 2011

Andra - Alexandria



Tepat pukul 13h00, aku membereskan kertas-kertas yang bertebaran di meja kerjaku. Waktu untuk pulang. Dengan bergegas aku memanggil sopir kantor untuk mengantarkannya ke rumah. Dengan perutnya yang membuncit, karena kehamilanku yang menginjak ke bulan ke 5, membuatku berat untuk berjalan selain juga kelihatan semakin seksi seperti apa yang sering dikatakan suamiku.

Setelah menempuh perjalan hampir 2 jam, sampailah aku di rumah cintaku dengan ciuman dan pelukan buah hatiku, Clement, bocah laki-laki tercinta yang berumur 5 tahun yang telah kembali dari sekolahnya.

Aku sebagai seorang wanita mendekati usia 40 tahun, dengan rambut hitam, kulit sawo matang ditambah dengan senyum yang selalu menghias bibir, khas wanita Indonesia, yang diturunkan dari ayahku yang asli Indonesia dengan tinggi badan yang di atas rata-rata wanita Indonesia, yang diambil dari gen ibuku yang Indo, banyak orang yang tidak bisa menebak dengan pasti asal asalku. Banyak dari temen-temenku yang seringkali datang dengan curhat-curhatnya, dan meminta nasihatku, yang ada kalanya membuat diriku lebih dewasa dalam menjalani kehidupanku yang tidak sempurna.

Pernikahanku dengan laki-laki Perancis, Thierry memasuki usia ke 7, dengan seorang anak laki-laki, ditambah dengan kehamilanku yang ke-2, membuat lengkap sudah kebahagiaan yang tengah aku arungi.

Sudah hampir 2,5 tahun aku tinggal di Alexandria, Mesir untuk mengikuti tugas Thierry yang bekerja di perusahaan Perancis. Alexandria berada di pesisir laut Mediterania, merupakan kota terbesar ke-2 di Mesir setelah Kairo. Tinggal di sebuah apartemen yang luasnya 250 m2 terletak di lantai 16 dengan pemandangan pantai Mediterania dengan furniture bergaya Arab dangan karpet bergaya Persia yang semua itu sudah disediakan oleh pemilik apartemen membuat kenyamanan diriku tinggal di negara yang terkenal dengan Cleopatranya ditambah dengan adanya pembantu yang selalu siap melayani kami sekeluarga.

Pada awal aku tinggal di Alexandria, bukanlah hal mudah bagiku dengan budaya dan lingkungannya. Hal ini disebabkan, karena aku tidak bisa berbahasa Arab, yang mana penduduk lokalpun tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris. Ditambah kantor Thierry yang berada di Danamur, yang harus ditempuh 2 jam perjalanan, yang membuat aku sering kali kehilangan saat kebersamaan dengan suami tercinta. Ditambah jika pekerjaan sedang menumpuk, Thierry harus menginap di camp perusahaan. Sebelum bekerja, selain kegiatan mengantar dan menjemput sekolah, memasak buât keluarga kecilku, aku juga mengikuti kegiatan para wanita expat seperti belajar bahasa Perancis, juga menyalurkan hobiiku membuat patchwork, juga acara minum kopi yang diadakan hampir seminggu sekali di setiap rumah anggota. Atau mengunjungi tempat idolaku yaitu perpustakaan Alexandria.

Perpusatakaan Alexandria yang dibangun kembali pada tahun 2003, berada di mana perpustakaan kuno pernah berdiri pada abad 3 SM. Perpustakaan yang berada di pinggir laut Mediterania, juga berada di sepanjang corniche ini, kelihatan sangat megah. Memasuki perpustakaan ini, kita akan melihat pilar-pilar yang menjulang tinggi, dengan peralatan yang serba modern, juga jendela kaca di mana-mana. Di perpustakaan ini terdapat 8 juta buku !!! Angka yang benar-benar luar biasa, dan di sini juga terdapat 4 museum, salah satunya adalah musium antiquités, dengan koleksi benda-benda kuno yang sungguh-sungguh luar biasa keindahannya. Menginjak tahun ke 2, runtinitas ini berubah menjadi kebosanan yang benar-benar menyiksa.

Pekerjaan yang aku jalani sebagai seorang sekretaris di perusahaan yang sama  Thierry, sudah berjalan 1 tahun. Tawaran yang tidak pernah aku bayangkan di tengah kebosanan yang melanda diriku saat itu. Tawaran ini datang disebabkan karena susahnya mencari sekretaris yang harus menempuh perjalanan ke Danamur. Sekretaris pertama, tidak bertahan lama, karena dia tinggal di Alexandri menyebabkan perjalanan harus ditempuh dengan KA, tapi sebagai seorang Kristiani, yang menyebabkan dia tidak memakai hijab, seringkali dia menerima celaan-celaan, sekaligus lemparan batu dari orang-orang di stasiun. Dari pengalaman sekretaris pertama yang harus naik angkutan umum, maka kali ini, perusahaan menyediakan akomodasi, dengan antar-jemput mobil perusahaan. Tapi, solusi ini tidak menyelesaikan masalah. Karena sang sekretaris belum menikah, pihak keluarga tidak mengijinkan untuk berada satu mobil dengan laki-laki yang bukan suami atau kerabatnya. Karena perusahaan Thierry tahu bahwa aku pernah bekerja di perusahaan yang sama juga sebagai sekretaris pada waktu masih bujang di Indonesia, maka tawaran emas ini tidak aku tolak.

Seperti biasa, setelah bermain-main dengan Clement, aku mempunyai waktu di depan komputer untuk menyalurkan hobbiku yang lain, menulis di blog pribadiku. Lewat dunia maya inilah aku mempunyai beberapa teman maya dari berbagai dunia yang awalnya hanya sekedar teman, berlanjut menjadi hubungan yang lebih jauh, sahabat maya.

« Bonjour, chéri, » tiba-tiba aku dikejutkan ciuman di kening dari Thierry.
« Bonjour, sayangku. Kok kamu udah pulang ? »
« Mon chéri, kamu lupa bahwa jam 6 sore ini, kita punya janji dengan dokter kandungan, »
« Ya ampun, bagaimana aku bisa lupa, Thierry. Aduh….,aku harus segera mandi, mana udah jam hampir jam 5 lagi, » sahut Andra sambil bergegas menuju kamar mandi.

Perasaanku campur aduk tidak karuan mengetahui hasil USG dari dokter, yang mengatakan bahwa ada kelainan di saluran kencing dibayi yang sedang aku kandung. Dokter kandungan itupun tidak bisa memastikan seberapa parah kelainan itu. Hal ini membuat kegalauan di hatiku dan Thierry.

dimanche 23 janvier 2011

My First "Baby" - Memburu Fatamorgana






2 hari yang lalu, saya mendapat kabar dari editor saya, bahwa novel "Memburu Fatamorgana" yang saya tulis bersama Wuwun, akan terbit tanggal 20 Jan, satu berita gembira di awal tahun 2011. Novel ini akan diterbitkan oleh Imania, sebuah penerbit di bawah naungan Mizan. Mendengar berita ini, ibarat mendapatkan sinar matahari, di udara yang tidak bersahabat dengan dingin dan hujan yang tidak pernah berhenti.

Berawal dari hobby saya menulis di blog dengan cerita yang berdasarkan pengalaman selama tinggal di Abu Dhabi, membuat ide untuk menuangkan dalam bentuk novel. Setelah mengalami perjalanan yang panjang dari awal penulisan, menawarkan draft yang telah jadi ke penerbit, hingga lahirnya "baby" ini, benar-benar....satu langkah awal untuk semakin bersemangat untuk menulis.

Seperti janji saya kepada diri sendiri dan telah membicarakan kepada salah seorang teman saya di MP untuk membantu proyek saya di bidang pendidikan, maka hasil royalti untuk bagian saya, akan saya sumbangkan untuk pendidikan anak-anak tidak mampu. Saya ingin membagi kebahagian ini kepada mereka yang harus berjuang yang mempunyai niat/keinginan untuk sekolah, tapi keterbatasan biaya. 

Dari hati yang dalam, sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih buat teman-teman yang telah memesan buku saya, karena teman-teman juga telah membantu proyek saya ini, sekaligus membantu dunia pendidikan di Indonesia. Doakan novel saya ini bisa diterima di dunia buku Indonesa. Terima kasih.....teman buat doa dan supportnya!!!

*******
Sinopsis

Siapa yang tidak tertarik menjadi bagian dari suatu negara yang gemerlap?
Abu Dhabi yang memiliki julukan sebagai negara fatamorgana, banyak yang menyilaukan pendatang untuk mengadu nasib di sana. Tetapi, bagaimanakah sebetulnya kehidupan ekspatriat di bawah naungan modernitas dan praktik syariat Islam ini?

Chloe, si manja yang merantau untuk menghapus bayangan orang tuanya, menghaturkan seluk-beluk keunikan gaya hidup yang ada, seperti para Emirati yang melepaskan abaya sebelum masuk hiburan malam, perselingkuhan, kehidupan kantor, materialisme berlebihan dan lainnya. Di sana pulalah, ia menghadapi kejadian yang membuatnya mengerti arti hidup, apalagi ketika sahabatnya Entin dikecewakan orang yang dicintainya dan pembantunya Siti yang telah dianggapnya sebagai "kakak" menjadi korban kriminalitas. Tiga saksi dari fatamorgana sebuah gemerlap semu.

Kisah tentang persahabatan, percintaan dan perubahan pandangan hidup. Tak hanya itu, kita juga diajak berkeliling menikmati keindahan sekitar Emirat yang menakjubkan.

Endorsement

"Sangat menarik. Novel ini mengambil tema nyata tentang kehidupan TKW Indonesia di Abu Dhabi. Citra mereka umumnya lekat dengan cerita tentang para pembantu rumah tangga yang menyedihkan, namun ini menggambarkan sisi lain kehidupan dan persahabatan 3 pekerja wanita Indonesia dari sektor yang berbeda dengan segala permasalahan yang mereka hadapi, dibumbui cerita romantis yang menyentuh" - M. Wahid Supriyadi, Duta Besar LBBP RI untuk Uni Emirat Arab

"Dengan latar dan nasib yang berbeda, 3 pekerja wanita Indonesia harus menaklukan gemerlap dan kekerasan hidup Abu Dhabi. Memburu Fatamorgana mengajak kita menguak apa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya" - Iwok Abqary, penulis buku anak dan remaja

"Memburu Fatamoragana menempatkan perbedaan tabiat, sifat dan budaya pada sebuah wadah yang sama. Sifat tokoh utama dan dunia baru yang menjungkirbalikkan cara pandangnya adalah konflik hebat novel ini, jembatan untuk mengenali kedalaman fatamorgana Abu Dhabi" - Ferry Herlambang Zanzad, penulis, pekerja grafis dan web desainer

jeudi 20 janvier 2011

FF - Sebuah Eksekusi

Adrian segera menghubungi bosnya, pak Edo, sekembalinya dari Lisbon.

« Pak Edo, saya baru kembali kemarin malam. Ini laporan dari tugas yang bapak berikan, sekaligus, saya mengundurkan diri dari perekrutan yang bapak tawarkan. Ini bulpen dan kamera yang berisi semua rekaman dari pembicaraan selama di Lisbon."

« Baik dan terima kasih, pak Adrian. Anda telah menjalankan tugas ini dengan sukses, sayang sekali anda mengundurkan diri dari perekrutan kami ini. Padahal keberhasilan team anda, menemui pengkhianat bangsa yang sedang berusaha membunuh para tokoh-tokoh penting di Indonesia, patut diajungi jempol. »

Tanpa sepatah katapun Adrian melangkah ke luar, cukup sekali ini saja dia menjadi algojo dari sebuah agen rahasia.

dimanche 2 janvier 2011

Harapan seorang laki-laki

« Sahabat itu dorongan ketika engkau hampir berhenti. Petunjuk jalan ketika engkau tersesat. Membiaskan senyum sabar ketika engkau berduka. Memapahmu saat engkau hampir tergelincir dan mengalungkan butir-butir mutiara doa pada dadamu »


Anang, laki-laki berusia 50 tahun dengan rambut putihnya yang mulai mewarnai kepalanya bercampur dengan rambut hitamnya, mirip seperti campuran merica dan garam, tampak bekas kegantengannya yang mirip dengan aktor Rano Karno, termenung memandang kalendar di dalam kamarnya yang sempit, tanggal 16 Agustus, bertepatan dengan bulan suci bagi umat Islam.

Terbayang dia akan ke-3 anak dan istrinya yang pasti sibuk menyiapkan makanan untuk persiapan berbuka puasa. Sedangkan dia hanya makan apa yang telah disiapkan oleh para petugas dapur. Semua terasa hambar dan garing….. !!

Sudah 5 tahun ini Anang berada di dalam kamar yang sempit, yang harus dibayarnya mahal tiap bulan. Tempat yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya di dalam hidupnya, hôtel prodeo…. !! Ya…..,hôtel yang bagi orang awam sangat menyeramkan dan tempat yang banyak dihindari oleh semua orang.

Teringat kembali olehnya peristiwa 6 tahun yang lalu, pada saat dia menjadi manusia bebas, dengan usaha dibidang kontraktor yang boleh dibilang maju dengan berbagai proyek yang dia dapatkan. Hingga satu hari, dia berkenalan dengan seorang wanita cantik, sangat atraktif. Kecantikan khas wanita Indonesia, dengan diimbangi kecakapan yang dia dapatkan selama dia tinggal di luar negeri, Diana, nama wanita Indonesia yang berkebangsaan Belanda. Diana menawarkan kerja sama dengan Anang dibidang export-import, tentu saja Anang tidak menolak kesempatan emas ini, kesempatan yang akan tidak datang dua kali, pikirnya.

Awalnya semuan berjalan lancar, beberapa kali Anang melakukan perjalanan ke luar negeri. Hingga dana sebagai crédit untuk usaha tersebut mengucur dari bank lokal. Hingga satu hari, Anang dituduh melakukan memasulkan Letter of Credit. Dunia seakan runtuh, suara tangisan pecah di keluarga Anang.

Perjalanan Anang sangat panjang, untuk membuktikan bahwa dia hanyalah korban dari permainan yang dilakukan oleh Diana dan groupnya. Dari bukti-bukti yang didapatkan dari pengadilan, Anang hanya memakai uang 1M dari tuduhan penggelapan yang 2 T. Ke manakah sisa uang itu berada ?! Sudah tentu, Diana dan groupnya telah membawa lari seperti kecepatan petir yang menyambar di keluarga Anang.

Vonis dijatuhkan…..,15 tahun penjara, dengan pasal korupsi !!! Tapi…..,Anang yang merasa tidak melakukan tindak pidana meminta untuk dilakukan inversitgasi lagi dengan melakukan audit investigasi, tapi….memang penegak hukum dapat dibeli !!! Semua itu menguap bersama dengan hilangnya si cantik Diana….. !!! Anang hanyalah tumbal dari sebuah permainan. Permainan politik, uang, juga media, karena seperti diketahui orang-orang dibalik dunia media adalah mereka-mereka yang punya jabatan…. !! Apa yang dia nikmati saat itu tidaklah senading dengan apa yang sedang dia jalani.

Anang hanya bisa merenungi nasibnya dan bermohon didoa malamnya hari ini, agar esok tanggal 17 Agustus, di saat bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya, dia bisa mendapatkan remisi untuk mendapatkan segera kemerdekaan yang sedang terambil oleh bangsanya sendiri…… !!!

Montmorency, 16082010